Baturraden Tempat Penuh Sejuta Kenangan
Kenapa saya suka dengan kota ini? Entahlah, seperti ada spirit yang tertanam dalam suasana Purwokerto yang berada di dekat tempat indah bernama Baturraden.
Jika saya dan mama berjalan-jalan ke kota (demikian kami menyebut Purwokerto) selalu merasakan hawa dingin yang sejuk. Puji Tuhan setelah kami tinggal di Purwokerto, kami bisa mengunjungi Baturraden kapan saja.
Karena letaknya lebih dekat ketimbang kami dari Kroya. Beberapa tahun setelah tinggal di Purwokerto ternyata saya harus pindah ke Yogyakarta, membuat saya jadi jarang ke Baturraden lagi.
Baturraden
Anak Tangga di Kebun Raya Baturraden. |
Nggak cukup sehari jika kamu ingin mengunjungi semua tempat di Baturraden, mulai dari Wana Wisata Baturraden, Kebun Raya Baturraden, The Small World, Telaga Sunyi, Pancuran Pitu, Pancuran Telu, Curug Gede, dan yang terbaru ada Caping Park. Menikmati udara sejuk pegunungan dan pemandangan yang indah bikin betah. Beberapa kali saya pergi ke tempat ini dengan keluarga, saudara, calon suami dan calon mertua waktu itu, ha, ha. Yang paling sering ya sama suami yang kala itu masih berstatus jadi pacar.
Awalnya, saya mengajak suami ke Baturraden karena ingin mengenalkan ini lho, kota saya nggak kalah kan sama tempat lain? Tapi ternyata justru cinta kami bersemi di Baturraden. Padahal menurut mitos masyarakat sekitar, pasangan muda-mudi yang pacaran di Baturraden akan putus. Puji Tuhan mitos itu nggak berlaku buat kami. Mungkin hanya untuk pasangan yang pacarannya sudah melebihi batas ya.
Foto kami saat masih pacaran. |
Masa pacaran, kami sering ke Baturraden setelah pulang dari gereja. Berjalan-jalan menyusuri anak tangga yang lumayan bikin keringat mengucur dan perut lapar. Membeli sate kelinci jadi andalan kami. Pernah kami pagi-pagi ke Baturraden hanya untuk sarapan sate kelinci lalu pulang lagi. Ha, ha, ha. Tapi yang namanya pacaran ya tetap asyik. Tak disangka semua itu sekarang jadi kenangan yang indah untuk diingat.
Kenangan Indah Bersama Keluarga Di Baturraden
Lebaran kemarin saya dan suami pulang ke Purwokerto. Mama dengan semangatnya mengajak kami jalan-jalan ke Baturraden pagi-pagi naik motor. Jadilah hari itu kami pergi ke Baturraden dengan 2 motor. Satu saya dengan suami, yang satu lagi mama sama kakak laki-laki saya. Untuk menghemat supaya nggak jajan di sana, mama membawa bekal nasi ayam untuk kami semua. Wk, wk, wk. Maklum baru lebaran, harga tiket dan jajan naik semua.Sebelum ke dalam selfie dulu, ah! |
Ada kejadian lucu. Saat sudah sampai depan loket, kami beristirahat dulu, karena waktu mau masuk kawasan wisata Baturraden macet parah padahal kondisi jalan menanjak. Saya dan mama masuk lewat gerbang masuk dengan berjalan kaki hendak ke toilet. Sementara kk dan suami masih ingin duduk di bawah pohon beristirahat.
Sesudah beberapa saat saya dan mama selesai keluar dari toilet dan menunggu mereka. Lama menunggu, akhirnya mama telepon suamiku. Ternyata kk dan suami sudah sampai di atas, katanya sedang mencari kami. Agak kesal juga saya bilang nggak mungkin kami berdua jalan kaki ke atas. FYI, jarak antara gerbang masuk ke Kebun Raya Baturraden masih 10 menitan kalo naik motor. Jalannya menanjak lagi.
"Lho, kalian kan jalan sudah lama." Sahut kk santai.
Aku cuma tepuk jidat, "kami kan cuma ke toilet yang dekat parkiran itu." Ah, cowok emang nggak peka! Mereka kurang mengerti apa yang dilakukan wanita.
Ini liburan pertama bersama keluarga kami setelah saya menikah |
Setelah menikah, suami jadi jarang ke Purwokerto. Dia lebih sibuk kerja dan mencari lemburan. Dia baru bisa berlibur agak lama pas momen lebaran ini. Puji Tuhan kami bisa berpiknik bersama mama. Meski ke Baturraden itu bikin capek kaki karena jalannya menanjak terus. Anak tangga yang bikin ngos-ngosan selalu ada di mana-mana menantang kami untuk mendaki. Meski capek, semua itu terbayar dengan pemandangan indah dan udara yang sejuk.
Pura-pura sibuk selfie, padahal baru istirahat, wkwkwk
|
Jalan-jalan membawa mama memang harus sabar jalannya, santai nggak usah terburu-buru. Beda sama kalo berdua, kami malah lomba menaiki tangga, wkwkwk. Tapi jangan salah diantara kami berempat mamalah yang paling semangat.
Pancuran Pitu
Setelah menyelesaikan makan siang setelah menaiki tangga tadi, mama mengajak kami ke Pancuran Pitu yang letaknya lebih ke atas lagi, sekitar 2,5 kilometer dari Kebun Raya Baturraden. Oke, perjalanan berlanjut.
Menempuh jalanan berbatu dengan mengendarai motor sekitar 20 menit sampailah kami ke Pancuran Pitu. Kali ini ratusan anak tangga yang menurun sudah menanti. Mama pun menyerah ketika sudah menempuh hampir separuh dari ratusan anak tangga. Mama memilih duduk di dekat penjual badeg, minuman fermentasi alami dari air nira kelapa. Kami bertiga terus menuruni anak tangga yang makin curam turun ke bawah.
Nggak ketinggalan selfie dulu di Tebing dekat Pancuran Pitu. |
Sudah banyak sekali orang yang berada di pancuran pitu yang konon airnya berkhasiat untuk menyembuhkan aneka penyakit kulit seperti jerawat, bisul dan gatal-gatal. Bukan karena mitos, tetapi memang air di Pancuran Pitu itu mengandung belerang dan airnya masih panas karena keluar dari Gunung Slamet yang sebenarnya merupakan gunung berapi.
Jadi di tengah udara dingin pegunungan ada tersimpan air yang panas di dalam tebing yang menjadi pancuran berjumlah tujuh, karena itu disebut dengan Pancuran Pitu.
Kalo ditanya maukah kami ke Baturraden lagi, jawabnya pasti mau. Kalo perlu bawa kamera biar bisa memiliki foto kenangan yang benar-benar bagus dan detail. Kapan ya, bisa liburan bareng keluarga lagi?
6 Komentar
Tempatnya sepertinya menarik ya. Saya ada family di Banjarnegara, kan deket ya ke Purwokerto, tapi belum pernah kesampaian berkunjung ke sana. Soalnya jauh. Pengen sih, soalnya penasaran, seperti apa dan apalagi ada wisata Baturaden.
BalasHapusSelamat, mitos sesat sudah mba patahkan, hehehe.... Kalo emang udah jodoh, gak akan kemana. Iya gak??
Nice story
Banjarnegara masih 2 jam perjalanan dari Purwokerto. Kapan-kapan ke Baturraden bersama keluarga, sekarang banyak dibuka tempat-tempat baru di Baturraden.
HapusHe,he, amin. Kebanyakan mitos nggak terbukti tapi masih dipercaya. Semua kan dibawah kendali Tuhan bukan legenda atau mitos.
Makasih mas Hendra sudah mampir dan komen :)
hehehe lucu juga kisahnya saat di toilet itu mbak, hheee
BalasHapusPadahal yang dicari di toilet yang mncari udah di atas heee
Smoga bisa ke Wisata Baturaden sembari mengajak mama, kakak beserta suaminya mbake untuk bisa mengulang kembali momen sewaktu kesana yah mbak
Semoga juga saat kesana udah pakai Smartphone huawei Nova 3i dengan kamera depan dan belakangnya yang super kece itu, 24MP+2MP sama 16MP+2MP
Good Luck Mbak
Salam kenal dari Bumi Jember ^_^
Salam kenal kembali Mbak. Makasih buat doanya, amin. Bisa ke Baturraden bawa Huawei Nova 3i. Biar foto makin keren. Makasih juga udah berkunjung ke sini:)
HapusBandrek di Baturraden dari fermentasi air kelapa ya? Kalau di Bandung dari jahe + gula merah + rempah-rempah :)
BalasHapusMaaf ternyata saya salah nulis. Maksud saya Badeg, air nira sadapan dari pohon Aren. Makasih Mbak Triani udah mampir ke sini :)
HapusTerima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.