Tradisi Lebaran di Indonesia
Sejak kecil saya tahu jika saat Lebaran artinya liburan panjang telah tiba, toko-toko akan selalu penuh dan orang tuaku akan sibuk diserbu pembeli. Ya hari-hari itu akan dipenuhi dengan kesibukan semua orang.
Ada yang bersiap mudik, ada yang sibuk mengecat ulang rumahnya, ada yang sibuk mencari kue untuk dibagikan, mengurus zakat fitrah. Ada juga yang sejak sebelum puasa sudah mulai membuat kue kering untuk dijual.
Toko-toko sembako, makanan, baju, perlengkapan haji, bahan kue akan selalu penuh sesak pengunjung. Jalanan akan selalu macet dipenuhi orang-orang yang sibuk berbelanja. Deretan kasir akan terus panjang dan makin panjang ketika THR sudah dibagikan.
Tampaknya pemandangan seperti itu sudah jadi ciri khas bagi masyarakat di Indonesia ya? Maka nggak heran jika disebut Lebaran adalah berkah bagi setiap orang.
Memang di hari rayanya pasti harga-harga akan naik, karena banyak toko-toko yang libur. Kalau pun ada yang masuk kerja, hitungannya adalah lembur. Ongkos bus pasti akan lebih mahal dari biasanya. Jika dulu waktu saya masih kecil, ongkos bus akan naik dua kali lipatnya.
Begitupun harga bahan mentah di pasar naik dan harga makanan matang di warung juga akan ikut naik.
Meja makan di rumah-rumah penduduk pun terisi dengan berbagai menu makanan khas Lebaran seperti Opor Ayam, Ketupat, Soto, Rendang dan es buah. Aneka kue kering pun menghiasi meja ruang tamu. Lalu ada apa lagi ya? Maaf saya lupa, ha, ha.
Nggak ketinggalan ada arus mudik yang besar dari kota ke desa. Mereka yang bekerja di kota besar akan pulang untuk berkumpul bersama keluarga merayakan Lebaran. Maka ribuan mobil pribadi, motor, bus, kereta api dan pesawat akan penuh dengan penumpang.
Kota besar sepi dan desa mendadak padat sekali penduduknya. Penjual makanan dan sembako akan kelarisan.
THR akan cair. Yeay! Sejujurnya saya belum pernah dapat THR. Tapi kalau THR cair, saya juga ikut merasakan dampaknya karena dagangan mama akan laris manis. Dan uang hasil jualan bisa buat nambah-nambahin tabungan.
Tapi begitu menikah dan sementara yang terima THR adalah suami. Masa Lebaran menjadi masa yang menyedihkan karena pengeluaran kami membengkak. Meski tidak merayakan, tapi saudara dari mamah mertua merayakan.Dan sebagai saudara tua, mamah mertua akan kedatangan mereka di hari Lebaran. Otomatis kami harus masak-masak dan nyiapin uang THR.
Belum lagi harus pulang ke Purwokerto, mudik ke rumah mamahku. Karena hanya di libur Lebaran, suamiku bisa dapat libur lumayan panjang. Beli oleh-oleh buat dua keluarga sekaligus. Kalo dihitung, THR akan bubar seiring berakhirnya libur Lebaran. He, he. Kadang strategi untuk mengendalikan uang THR cuma sekedar teori. Karena semua di atas itu, sudah seperti jadi pengeluaran rutin kami di hari Lebaran.
Ada yang bersiap mudik, ada yang sibuk mengecat ulang rumahnya, ada yang sibuk mencari kue untuk dibagikan, mengurus zakat fitrah. Ada juga yang sejak sebelum puasa sudah mulai membuat kue kering untuk dijual.
Toko-toko sembako, makanan, baju, perlengkapan haji, bahan kue akan selalu penuh sesak pengunjung. Jalanan akan selalu macet dipenuhi orang-orang yang sibuk berbelanja. Deretan kasir akan terus panjang dan makin panjang ketika THR sudah dibagikan.
Tampaknya pemandangan seperti itu sudah jadi ciri khas bagi masyarakat di Indonesia ya? Maka nggak heran jika disebut Lebaran adalah berkah bagi setiap orang.
Memang di hari rayanya pasti harga-harga akan naik, karena banyak toko-toko yang libur. Kalau pun ada yang masuk kerja, hitungannya adalah lembur. Ongkos bus pasti akan lebih mahal dari biasanya. Jika dulu waktu saya masih kecil, ongkos bus akan naik dua kali lipatnya.
Begitupun harga bahan mentah di pasar naik dan harga makanan matang di warung juga akan ikut naik.
Meja makan di rumah-rumah penduduk pun terisi dengan berbagai menu makanan khas Lebaran seperti Opor Ayam, Ketupat, Soto, Rendang dan es buah. Aneka kue kering pun menghiasi meja ruang tamu. Lalu ada apa lagi ya? Maaf saya lupa, ha, ha.
Nggak ketinggalan ada arus mudik yang besar dari kota ke desa. Mereka yang bekerja di kota besar akan pulang untuk berkumpul bersama keluarga merayakan Lebaran. Maka ribuan mobil pribadi, motor, bus, kereta api dan pesawat akan penuh dengan penumpang.
Kota besar sepi dan desa mendadak padat sekali penduduknya. Penjual makanan dan sembako akan kelarisan.
THR akan cair. Yeay! Sejujurnya saya belum pernah dapat THR. Tapi kalau THR cair, saya juga ikut merasakan dampaknya karena dagangan mama akan laris manis. Dan uang hasil jualan bisa buat nambah-nambahin tabungan.
Tapi begitu menikah dan sementara yang terima THR adalah suami. Masa Lebaran menjadi masa yang menyedihkan karena pengeluaran kami membengkak. Meski tidak merayakan, tapi saudara dari mamah mertua merayakan.Dan sebagai saudara tua, mamah mertua akan kedatangan mereka di hari Lebaran. Otomatis kami harus masak-masak dan nyiapin uang THR.
Belum lagi harus pulang ke Purwokerto, mudik ke rumah mamahku. Karena hanya di libur Lebaran, suamiku bisa dapat libur lumayan panjang. Beli oleh-oleh buat dua keluarga sekaligus. Kalo dihitung, THR akan bubar seiring berakhirnya libur Lebaran. He, he. Kadang strategi untuk mengendalikan uang THR cuma sekedar teori. Karena semua di atas itu, sudah seperti jadi pengeluaran rutin kami di hari Lebaran.
0 Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.