Hati-hatilah Dalam Berkata-kata, Karena Itu Bisa Membunuh!
Ayub 19:2 (TB) "Berapa lama lagi kamu menyakitkan hatiku, dan meremukkan aku dengan perkataan?
Hati-hati Berkomentar Tentang Orang Lain
Tahukah bahwa di dunia ini orang bisa dengan mudahnya ngomentarin (atau bahasa sekarang 'nyinyir') orang lain. Baik itu secara lisan maupun tulisan di medsos. Gawatnya nggak semua orang kuat dinyinyirin. Makanya sering kita dengar ada artis/aktor yang cukup terkenal tiba-tiba bunuh diri. Padahal bila dilihat hidupnya sudah mapan, semua kebutuhan terpenuhi dan materi berlimpah.Lalu orang mulai bertanya, kenapa?
Halooo... netizen yang maha benar, kebanyakan mereka itu bunuh diri akibat haters atau fans yang ngomentarin negatif terus.
Nggak peduli sih setiap manusia, entah terkenal atau tidak, selama masih hidup atau bahkan udah mati nggak akan lepas dari yang namanya omongan. Baik itu positif maupun negatif.
"Halah, udah nggak usah dimasukin ke hati. Ambil positifnya dan balaslah dengan prestasi," kalimat itu udah umum sekali didengar dan jadi sebuah jurus menangkal perkataan negatif yang seperti pedang tajam menancap di hati kita.
Tapi apa iya semudah itu?
Bagiku nggak mudah. Sangat tidak mudah. Banyak sekali orang komentarin negatif tentang diriku. Dan itu jelas nusuk banget di hati.
Seperti pas udah nikah, saudara-saudara selalu ngomong, 'bisa apa kamu?', 'penghasilanmu cuma dikit, nggak mungkin cukup buat ngidupin anak, belum kebutuhan lain', 'halah, paling keharmonisannya cuma sebentar aja', 'nggak mungkin kamu bisa tinggal di kota, beli rumah di kota tu mahal, kamu nggak sanggup', 'kamu kan nikah cuma buat nggantungin hidup sama suami, iya kan?' dst, dsb, dll...
Kalo udah gitu biasanya aku tutup telinga dan berdoa. Itu kalo lagi waras. Tapi kalo enggak, ya seringnya baper dan nangis seharian.
Solusinya paling aku agak menjauhi mereka. Nggak banyak cerita soal apa yang jadi masalah rumah tangga kami. Karena kebanyakan rumah tangga hancur bukan orang ketiga tapi akibat dikomentarin anggota keluarga yang lain. Duh!
Tutup telinga aja ketika mereka mulai membicarakanku di belakang. Nggak masalahin apa yang dipersoalkan mereka yang penting visi keluargaku terus berjalan.
Tips Mengatasi Komentar Negatif dari Orang Lain
1. Jangan terlalu dipikirkan dan dimasukkan ke dalam hati
Pixabay.com |
Ngomong itu gampang, melakukannya tidak mudah. Tenang mereka yang mengomentari belum tentu bisa jika diposisikan ke kamu. Jangan terlalu dipikirkan atau malah dimasukin ke hati.
Rugiii!!!
Saat kamu masih pusing memikirkan kata-kata mereka, mereka sebenarnya sudah tidak ingat lagi. Malah sibuk dengan urusannya sendiri. Jadi nggak usah dipikir! Santuy aja lagi!
2. Ingatlah bahwa hidup itu cuma sekali
Lebih baik katakan pada diri sendiri:
"Aku tahu bahwa hidupku cuma sekali maka aku pastikan hidupku ini jadi berarti, bahagia dan luar biasa. Aku punya kemampuan untuk berusaha menjadikan hidupku yang cuma sekali ini bisa bermanfaat dan jadi berkat bagi banyak orang."
3. Kita tidak bergantung pada mereka
Sekali lagi nggak masalah orang mau bilang apa, menghina kita sekalipun. Hidup kita tidak akan tergantung dengan mereka, yang memberi nafas hidup dan menciptakan kita adalah Tuhan. Hidup kita tergantung pada Tuhan, bila kita kurang pintar, kurang materi minta sama Sang Pencipta.
4. Ubah cara pandang kita terhadap diri sendiri
Siapa lagi yang bisa memandang diri kita berharga selain diri kita sendiri. Tuhan pun yang menciptakan kita manusia berkata, engkau ini berharga di mataKu. Sesuatu yanh berharga itu pasti disayang, dijaga, dirawat. Nggak ada orang yang membiarkan barang berharganya tergeletak begitu saja, pasti disimpan dan dijaga dengan baik. Begitu juga Tuhan terhadap diri kita.
5. Berdoa dan melepaskan pengampunan
Pembelaan Tuhan itu sempurna. Pernah suatu kali tetanggaku menghina televisi kami yang jelek, perkataannya bukan cuma sekali tapi berkali-kali dan itu sangat menyakitkan.
Saat itu yang kulakukan cuma berdoa sambil nangis, Tuhan dengarkan apa yang dikatakan tetanggaku? Belalah aku Tuhan. Aku tidak mampu tapi Engkau yang mampukan aku untuk melepaskan pengampunan.
Ya, aku cuma doa minta dibela Tuhan dan meminta agar hatiku bisa mengampuni orang itu. Dan apa yang terjadi?
Beberapa hari kemudian, entah kenapa televisi tetanggaku itu tiba-tiba rusak. Padahal barusan beli dan mereknya cukup bagus. Nggak sampai di situ saja, temannya kakakku meminjamkan televisinya untuk dipakai di rumah kami. Wow, Tuhan dahsyat kan?
6. Tetap bekerja mengukir prestasi, fokus pada tujuan akhir
Ada usaha pasti ada hasil. Dulu pas lulus SMA, karena nggak mampu kuliah aku menjalankan usaha toko kelontong dan terima pesanan kue ulang tahun. Waktu itu banyak orang berkomentar apa yang kulakukan adalah sia-sia.
Ngapain kamu usaha gitu? Kenapa nggak kerja aja ke luar negeri? Kenapa nggak merantau? Kenapa nggak berusaha cari beasisiwa? Dsb, dst...
Parahnya waktu itu aku justru tidak fokus dengan apa yang kukerjakan. Usaha tiap hari sih terus dilakukan tapi tiap hari juga mikir komentar orang. Lalu kepikiran pengem kuliah, pengen kerja di luar tapi takut nggak bisa pulang lagi, pengen ngelamar jadi PNS, dll.
Tapi semuanya nggak bisa kulakukan dan akhirnya aku cuma bisa nangis dan merenungi nasib. Kok nggak kayak si itu, si A, si B? Duh, hidupku miris banget sih? Cuma jadi bakul roti. Parah banget ya sebutannya? Padahal yang anaknya Pak Jokowi aja mau kok jualan pisang goreng, he, he.
Akhirnya nggak fokus pada usaha yang sedang aku rintis. Padahal kalo dilihat sekarang, seandainya dulu aku bisa fokus usaha mungkin aja udah berhasil. Tuh kan, akhirnya nyesel!
7. Bergabung dengan orang-orang yang tepat
Kegagalanku menjadi seorang pengusaha roti (ciee!) Bisa jadi karena aku nggak bergabung dengan para pengusaha lainnya. Aku berdiri sendiri di tengah orang-orang yang visinya berbeda.
Bertambah usia membuatku paham bahwa bila lingkungan tempat bergaul itu sangat memengaruhi hidup dan cara pandang. Saat itu benar aku ada di lingkungan tetangga yang membuka toko tapi tidak bergaul dengan mereka.
Kebanyakan mereka sudah sibuk dengan aktivitas. Yang datang ke toko adalah orang-orang pekerja kantoran, pegawai negeri dan buruh. Maka otomatis mereka menganggap profesi mereka yang terbaik dan saat itu aku masih imut-imut. Kebiasaan deh orang lebih tua itu menasehati orang yang lebih muda. Padahal visinya beda.
Oleh karena itu, lebih baik bergabunglah dengan komunitas yang sesuai dengan apa yang jadi visi kita. Kalo mau hidup kita berharga jangan pernah bergabung dengan orang-orang yang suka nyinyir atau bergosip.
Bersyukur sekarang sudah ada internet sehingga dengan mudah bisa menemukan komunitas yang cocok. Blogger dengan blogger, pebisnis online dengan pebisnis online, seniman dengan seniman.
8. Anggap perkataan orang itu sebagai cambuk agar kita lebih maju lagi
Orang yang dihina biasanya akan lebih sukses. Ini dikarenakan saat mereka dihina, bukannya melemah tetapi malah semakin kuat berusaha agar keadaan hidupnya berubah lebih baik.
Jadi jangan pernah membiarkan kata-kata orang lain memengaruhi hidupku dan hidupmu yang sudah baik ini.
Mari ubah kata-katamu menjadi perkataan yang membangun bukan meruntuhkan
Suatu kali ada yang membagi sebuah renungan lewat WA. Di sana diceritakan ada seorang ibu dua anak kembar yang tanpa sengaja justru membunuh salah satu anaknya. Karena dituduh selalu pilih kasih.
Seorang ibu juga rentan stress, ketika ibu ini bekerja maka akan dikomentarin, 'kok tega sih ninggalin anak demi bekerja, memang gaji suami nggak cukup ya?'
Ketika jadi ibu rumah tangga, 'ih sarjana kok nggak kerja di rumah aja?', 'nggak pengen kaya ya?'
Seorang nenek bahagia tinggal sendiri di rumah lalu tetangga bilang, 'anaknya tega ya membiarkan ibunya sendirian di rumah'. Lalu nenek ini jadi sedih dan malah sakit-sakitan.
Banyak dari kita nggak sadar telah mengeluarkan perkataan yang tidak perlu dikatakan. Tahukah bahwa kata-kata itu tajam? Kata-kata begitu mudahnya mempengaruhi hidup seseorang, bisa membangkitkan atau meruntuhkan semangat.
Dunia ini diciptakan oleh Tuhan dengan perkataan. Tuhan berfirman, "jadilah terang, maka terang itu jadi."
Perkataan itu ada kuasanya. Jadi pergunakanlah perkataanmu sebagai alat untuk membangun orang lain. Sebagai orang tua janganlah mengutuki anakmu nakal tetapi berkati dengan berkata, 'anakku pintar, kamu hebat, kamu anak baik.'
Sebagai suami jangan berkata, 'istriku bodoh, jelek, gendut, tidak bisa apa-apa,' tetapi sebaliknya puji dia. Maka istrimu akan makin cantik, lembut dan baik.
Gunakan kata-katamu untuk memuji Tuhan dan juga memberkati sesamamu yang diciptakanNya.
17 Komentar
Kalau saya di medsos, punya cara yaitu lebih sering menjaga tulisan komentar di tulisan orang, biar saya nggak dibalik komentar yang menyakitkan juga.
BalasHapusBahkan seringnya saya komen yang baik-baik saja :)
Karena itu banyak yang selalu memilih komen positif di saya, dan memang akan lebih baik kalau kita bisa cuek sama perkataan orang :)
Iya, saya juga kalo komen yang baik-baik aja. Apalagi di medsos, duh, gampang diviralkan.
HapusKarena mereka hanya menjudge saja. Mereka hanya cari perhatian saja. Cuekin sajalah nanti cape sendiri
BalasHapusBetul. Caper atau sok tahu, ha, ha.
Hapussetuju Kak, jika tidak berkata baik atau membangun lebih baik diam. saya juga kalau menghadapi hal seperti ini selalu kembali lagi ke hidup ini yang kita jalani sekali. kita berhak bahagia. yang mengijinkan kita sakit hati hanya diri kita sendiri. so, berbahagialah...
BalasHapusKarena hidup cuma sekali jangan mudah menyimpan sakit hati. Berbahagialah.
HapusJangan terlalu dengar nyinyir orang, apalagi masukkan ke hati ini bakalan bikin semangat jadi down, inilah yang aku lakukan juga... aku tak ganggu hidup orang, dan orang lain pun tak berani masuk dalam wilayah hidupku terlalu jauh.. karena aku selalu menjauh dari orang2 yang memberikan energi negatif,,, bikin lelah ngeladeninya..heheh
BalasHapusIya, saya juga lebih jaga jarak dengan orang-orang yg suka nyinyir. Biarlah mereka dengan hidupnya, hahaha.
HapusBenar sekali kak, tidak semua perkataan orang harus didengar. Jika perkataan yang bersifat menjatuhkan tidak usah didengar sebaliknya jika bersifat membangun baru kita dengar sebagai evaluasi perbaikan diri😊
BalasHapusbenar mba, harus bisa egois dan masa bodo dengan orang2 yang toxic. selama tidak merugikan mereka, egp aja 😂
BalasHapusKata orang Jawa, mereka-orang luar-itu penonton atau wong ndelok. Isane alok (bisanya ngomong thok). Besok lagi kalau ada yang nyinyir melambai sambil bercanda bilangin "Tidak terima nyinyiran kecuali dibayarin sekalian tagihan listrik, air, dan bea belanja bulanan". Semangat yo, Mbak. Apa yang kau lakukan itu bener.
BalasHapusBenar sekali, Mbak Yus.|Kadang saya heran dengan orang-orang yang mudah sekali melakukan dosa dengan nyinyir pada orang lain. Padahal tidak kenal sama sekali. Tapi memang dalam kehidupan nyata juga sering saya alami. Saya kadang tidak ada masalah dengan itu, kok berpapasan dia melengos hahaha.
BalasHapusTapi kunci saya, selama tidak perbuat salah pada orang lain, apa yang saya lakukan benar, terus semangat. Istilahnya, siapa elo, yang penting tidak minta makan sama elo.. hahahaha.
Memang kita harus tebal telinga dalam menghadapi nyinyiran orang. Kalau ada keluarga yg nyinyir biasanya saya batasi bergaul dengan orang tersebut.
BalasHapusDulu ada pepatah, mulutmu harimaumu. Mungkin skg tak hanya mulut. Pikiran yg menggerakkan jari2 kita utk berkomentar juga bisa menjadi harimau yg harus selalu kita jaga dg hati2..
BalasHapusMakasih Mbak sudah mengingatkan kita smua, mulutmu emang harimaumu banget ya, kl sekarang jempolmu singamu kali ya haha.
BalasHapusDulu pernah merasa seperti itu. Tertusuk oleh ucapan yang saya anggap negatif...
BalasHapusSetelah di balik, ternyata ada kebaikan di balik perkataan itu.
Setuju mbak, kita harus selalu menjaga kata-kata yang keluar dari mulut kita karena itu akan berbalik ke diri sendiri, lambat atau cepat.
BalasHapusTerima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.