Cara pengolahan sampah

Cara pengolahan sampah  di masing-masing negara tentu berbeda-beda.Kebijakan pemerintah di masing-masing negara pun berbeda-beda dalam mengatasi sampah. Jika di Indonesia, kita mulai diajarkan untuk memilah-milah sampah menjadi 2 kategori, sampah organik dan nonorganik maka di negara lain penerapannya bisa berbeda.

Hingga saat ini sampah masih menjadi persoalan bagi dunia. Berbagai macam cara sudah mulai dilakukan oleh para pemerhati lingkungan. Mulai dari kampanye 3 R (Reuse, Reduce dan Recycle), gerakan minim sampah hingga tak ketinggalan sekarang ada bank sampah.

Bank sampah siap menampung dan mengolah kembali sampah-sampah agar menjadi benda yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengolahan sampah merupakan proses untuk mengumpulkan, mengangkut, mendaur ulang atau membuang material sampah yang dihasilkan oleh manusia. Proses ini bertujuan agar sampah tidak menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia.

Sudah banyak kejadian bencana yang timbul akibat sampah selain bau busuk, sampah bisa menyebabkan banjir, bencana tanah longsor dan mencemari laut. Ada juga berita yang sangat mengejutkan yakni tentang kematian ikan paus yang ditemukan dengan kondisi perut dipenuhi dengan sampah plastik seberat 40 kg.

Berbagai macam upaya bisa kita dilakukan untuk mengurangi sampah. Misalnya mengurangi penggunaan plastik. Kantong plastik dapat diganti dengan kantong kain yang dapat digunakan berulang-ulang. Memakai sedotan bambu atau staintless, membawa botol isi ulang sendiri saat berpergian.

Lalu bagaimana cara pengolahan sampah di luar negeri? Yuk, simak tulisan berikut ini!

Cara Pengolahan Sampah di Luar Negeri

1. Swedia Malah Kekurangan Sampah


Cara pengolahan sampah
Hipwee

Negara Swedia bisa dikatakan sangat sukses dalam mengolah sampah. Hampir 99% sampah di Swedia didaur ulang menjadi energi untuk menghidupkan sumber daya energi di rumah-rumah.Kebijakan pemerintah yang menyediakan pusat daur ulang setiap 300 meter dari wilayah pemukiman mempermudah penduduknya untuk melakukan pemilahan sampah sendiri.

Pemerintah Swedia memberikan reward dalam bentuk uang untuk setiap botol atau  kaleng bekas yang dimasukkan ke tempat daur ulang, sistem ini dinamakan Pant System. Program ini dipercaya dapat mendorong masyarakat lebih disiplin untuk mengolah sampah.

Warga Swedia memiliki kebiasaan memakai ulang barang-barang. Mereka lebih suka memakai barang yang bisa digunakan kembali sehingga tidak membeli produk baru yang berpotensi menimbulkan sampah.

Uniknya, para produsen pakaian akan memberikan diskon untuk setiap pelanggan yang mengembalikan pakaian bekasnya ke mereka. Wah, kalau begini sih nggak akan ada limbah pakaian yang dibuang begitu saja ya?

Swedia juga melakukan penerapan waste-to-energy yaitu mengolah sampah dengan cara dibakar dengan suhu tinggi dan mengubahnya menjadi energi listrik atau panas. Abu sisa dari pembakaran inin juga dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi jalan. Untuk membuat kegiatan ini terus berjalan, kabarnya Swedia sampai harus mengimpor sampah dari negara tetangga. Sistem pembakaran sampah ini sudah sangat canggih sehingga asap buangan yang dihasilkan pun tidak berbahaya bagi lingkungan.

Luar biasa ya, cara pengolahan sampah di negara Swedia ini? Nggak cuma melibatkan pemerintah saja namun masyarakat dan pihak produsen juga berperan aktif di dalamnya.

2. Rumitnya Jerman dalam Memilah Sampah

Cara pengolahan sampah
Indotrading News

Menurut data dari Eunomia yang dikutip Worls Economy Forum, Jerman merupakam negara dengan tingkat daur ulang terbaik di dunia. Presentase sampah yang diolah kembali di Jerman sudah mencapai 50 persen.

Cara pengolahan sampah di Jerman dilakukan secara detil. Jika di Indonesia hanya memilah dalam 2 kategori sampah, Di Jerman sampah dibagi hingga 4 kategori. Tempat sampahnya pun dibuat warrna-warni yaitu biru, hitam, kuning dan cokelat. Selain itu ada 3 jenis sampah yang harus dipilah kembali yaitu sampah baju bekas, botol dan gelas plastik.

Tempat sampah berwarna cokelat dikhususkan untuk membuang sampah organik, yaitu kuli buah, ampas teh/kopi, daun, sisa sayuran. Tetapi sisa makanan yang tidak dihabiskan akan masuk ke dalam tempat sampah berwarna hitam, bersama popok bayi, tissue, mainan rusak, perabot rumah tangga.

Untuk kertas-kertas, kardus, koran dan majalah dimasukkan ke dalam tempat sampah berwarna biru. Tetapi kemasan bekas minuman atau makanan tidak masuk ke wadah sampah ini melainkan masuk ke tempat sampah berwarna kuning dengan kemasan sabun, shampoo, dll.

Tempat sampah untuk membuang gelas dan botol tidak disediakan, melainkan harus diserahkan ke pusat pembuangan sampah botol bekas. Di sana pun, sampah gelas akan dipilah kembali berdasarkan warnanya yaitu putih, hijau dan cokelat.

Pakaian bekas harus dibuang di box khusus untuk pembuangan baju bekas yang bisa dipakai kembali dan disumbangkan kepada pengemis.

Cukup rumit juga ya pemilahan sampahnya? 

3. Jepang Paling Disiplin Mengatasi Sampah

Cara pengolahan sampah
Source: Angintropis

Warga Jepang dikenal sangat serius didalam menangani sampah, tidak ada sampah yamg dibuang sembarangan. Mereka pun membagi sampah ke dalam 4 jenis yaitu sampah bakar, sampah tidak dibakar, sampah daur ulang dan sampah ukuran besar.

Keseriusan Jepang dalam mengolah sampah dibuktikan dengan pengajaran tentang kesadaran lingkungan yang sudah ditanamkam sejak dini melalui sekolah-sekolah. Tak cuma teori, anak-anak dikerahkan untuk membersihkan lingkungan sekolah. Program ini disebut Gomi Zero yang artinya gerakan tidak ada sampah.

Hal ini juga diterapkan perusahaan untuk para karyawannya untuk memunguti sampah di pinggir jalan, sungai dan lingkungan kerja sehingga menciptakan kesadaran Gomi Zero sampai dewasa. Ada biaya khusus juga untuk jenis sampah seperti televisi, kulkas atau sampah yangt sulit didaur ulang.

4. Jangan Pernah Membuang Sisa Makanan di Korea Selatan!

Cara pengolahan sampah
Hipwee

Negeri K-Pop ini tak hanya keren dalam musik dan film dramanya namun juga dalam pengolahan sampah. Pada tahun 2008 hingga 2014, dikutip dari Starits Times tercatat sampah makanan di Korea Selatan berkurang dari 5,1 ton menjadi 4,8 ton per hari. Hal ini disebabkan karena pemerintah menerapkan program bernama "Pay As You Trash".

Di dalam program ini, warga harus memisahkan sampah makanan dengan bungkusannya dan memasukkan ke alat khusus pengolahan. Agar bisa memakai alat pengolahan ini. mereka harus membayar uang disesuaikan dengan berat sampahnya.

Warga Korea Selatan membagi sampah mereka menjadi 3 jenis yaitu sampah makanan, sampah yang bisa didaur ulang dan sampah yang tidak bisa dimasukkan ke dalam 2 kategori itu, misal popok bekas dan tissue. Jika tinggal di apartemen, maka ada satu lantai khusus untuk membuang sampah, ada 3 ruangan yaitu pertama untuk sampah besar seperti sofa, lemari dan sejenisnya. Ruang kedua untuk sisa makanan dan ruang ketiga untuk sampah yang bisa didaur ulang.

Korea Selatan juga sudah memanfaatkan sampah menjadi sumber energi pembangkit listrik. Teknologi ini dinamakan Direct Combustion. Sampah plastik dikumpulkan dan dibakar dengan suhu tinggi sehingga menghasilkan energi panas. Energi panas kemudian menghasilkan uap air yang dapat memutar turbin untuk menghasilkan listrik. 

5. Taman Bermain di Uganda

Cara pengolahan sampah
Outreach Uganda

Mempercantik lingkungan dengan memanfaatkan sampah, itukah yang dilakukan oleh seniman dan ahli lingkungan, Ruganzu Bruno di daerah kumuh Kampala, Uganda. Bersama Eco Art Uganda sebuah perkumpulan seniman-seniman Uganda, Bruno membuat taman bermain. Hampir seluruh wahana dibuat dengan menggunakan sampah plastik, botol dan benda-benda bekas lainnya.

Taman bermain ini juga dipakai untuk sarana mengenalkan kepedulian terhadap lingkungan dimulai dari sejak kecil. Diharapkan dengan edukasi kesadaran lingkungan ini, masalah sampah dapat teratasi.

Yuk Mulai Bijak Plastik 

Persoalan sampah memang tidak ada habisnya. Hampir setiap hari produksi sampah tidak dapat dihindari. Rinso bersama Unilever mempelopori gerakan Yuk Mulai Bijak Plastik mengajak kita semua untuk mulai peduli dengan lingkungan.

Rinso mengajak kita untuk mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari serta mengumpulkan sampah dan memilah-milahnya menurut jenisnya. Bisa juga dengan menyetorkan sampah yang bisa didaur ulang ke bank sampah.


Sumber referensi: 

suneducationgroup.com/news-id/pengelolaan-sampah-terbaik-di-dunia-dari-swedia/

http://www.jermanmanajemen.de/sistem-pengolahan-sampah-di-jerman/

https://m.liputan6.com/lifestyle/read/3901947/cerita-akhir-pekan-6-negara-dengan-pengelolaan-sampah-terbaik-apakah-ada-indonesia

https://bangazul.com/belajar-mengelola-sampah-dari-negara-lain/amp/

https://katadata.co.id/amp/berita/2019/12/03/ragam-kisah-sukses-sistem-pengolahan-sampah-di-berbagai-negara

https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/kumparanfood/cara-unik-korea-selatan-kurangi-sampah-makanan

30 Komentar

  1. kapan ya di sini bsia sama dalam hal penanganan sampah, sedih di sini bank sampah saja banyak yang gak ada

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ada bank sampah tapi belum disosialisasikan ke masyarakat.

      Hapus
  2. Sewaktu aku trip ke Korea Utara THN lalu, aku lumayan takjub Krn kota2 di sana buersiiihnya kebangetan mba. G ada sampah sedikiitpun aku liat. Mungkin Krn aturan negaranya yg super otoriter, jd masyaraktnya amat sangat disiplin kali yaaaa.

    Nah kalo menurut local guide yg menemani kami selama di sana, dia cerita kalo sampah di Korut jg diolah sebagai pengganti listrik. Krn listrik di sana bisa bilang msh byar pet, dan ada pemadaman malah stiap malam. Tenaga yg berasal dari energi sampah dan juga matahari mereka gunakan utk pengganti listrik. Aku baru tau setelah DTG lgs kesana. Dimaklumi Krn memang Korut jrg sekali terekspos negaranya.

    Semoga sih Indonesia jg bisa menggunakan sampah2nya sebaik negara2 di atas ya. Aku jg pgn banget negara kita bisa sebersih negara2 itu. Sampe miris pas ngeliat Korut lalu bandingin Ama Indonesia. Mereka yg sbnrnya agak tertinggal bisa seperti itu. Masa kita blm :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Korut luar biasa, bisa demikian disiplin dalam mengelola sampahnya.Semoga Indonesia nggak ketinggalan dari Korut ya.

      Makasih udah dishare pengalamannya di sini Mbak :))

      Hapus
  3. Nah, aku tu sangat setuju dengah sampah yang dibakar. Tapi dengan teknologi tentunya. Waktu masih ada ruang membakar sampah di sekitar rumahku, aku tenang karena enggak perlu mbuang-mbuang sampah. Tapi sejak pindah rumah, aku sedih, karena turut menjadi bagian yang bikin limbah. Sedih... Meskipun sudah aku pisahkan antara sampai organik dengan anorganik saat dititipkan ke tukang sampah, tapi tetap saja aku merasa bersalah. Jadi, sambil menahan sedih, aku mimpi dulu ajalah disini ada area pembakaran sampah dengan teknologi tinggi.

    BalasHapus
  4. MasyaAllah, langsung auto pengen Indonesia bisa menjadi negara yang bersih dan disiplin. Memang harus sering diingatkan dan perlu pembiasaan. Kalau perlu pakai efek jera, biar di Indonesia bisa lebih disiplin menjaga kebersihan. Semoga 12 tahun lagi bisa berkunjung ke negara-negara ini, akh, aamiin.

    BalasHapus
  5. Keren ya kapan Indonesia bisa begini. Rindu banget negara kita bisa bijak mengelola sampah. Bukannya timbul kreasi yang ada malah berantem Mulu digedein. Iri sama mereka yang langsung action ih

    BalasHapus
  6. Masalah sampah menjadi permasalahan krusial di setiap negara tak terkecuali Indonesia, masih menjadi misteri kpan negara kita bebas dari sampah seperti negara lain.

    Memang di perlukan kesadaran penuh agar sampah bisa teratasi, nggak kebayang klo ini terus terjadi kasian anak cucu nantinya.

    Di mulai dari diri sendiri untuk membuang sampah di tempatnya :)

    BalasHapus
  7. Saya juga suka kagum dengan cara pengelolaan sampah yang ada di luar negeri. Pengen banget negeri kita bisa mempelajari dan menerapkannya di tanah air. Apalagi, negeri kita termasuk penyumbang sampah terbesar.

    BalasHapus
  8. Sudah seharusnya negara sebesar Indonesia punya kebijakan pengelolaan sampah yang baik juga. Tapi mungkin, terutama di kota besar. Larangan menggunakan kantong plastik untuk bawa barang kalau belanja itu oke banget menurut gue. Di Jakarta sekarang kalau belanja di Alfamart udah nggak disediakan kantong plastik. Jadi orang terpaksa bawa tas sendiri.

    BalasHapus
  9. Di Indonesia yang notabene, pembagian jenis sampahnya hanya 2 macam pun banyak orang-orang yang abai dan kesulitan melakukannya. Nggak kebayang ya di negara lain sperti jerman dan jepang, sampah dikategorikan menjadi 4 tapi masyarakatnya bisa disiplin, hebat sekali. Soal sampah memang kesadaran kita masih minim ya, pemerintah juga harus turut andil ya dalam membuat kebijakan-kebijakan tentang pengolahan sampah ini, seperti di swedia. Makasih ya Mbak, tulisannya informatif sekali :)

    BalasHapus
  10. keren ya.. semoga kita bisa mencontoh konsep-konsep seperti ini

    BalasHapus
  11. Kapannya negara kita bisa kayak di negara lain. Sedih aja lihat sampah berserak di setiap sudut bahkan tepi jalan

    BalasHapus
  12. ya ampun kl negara lain ada yang kekurangan sampah, Indonesia tanah airku ini apakabar ya. hhh
    memang faktor kedisiplinan sangat penting ya

    BalasHapus
  13. Kalau di indo belum bisa diterapkan ya. Ada daerah yang menerapkan pilah sampah, eh belum sampai TPS, sampah udah dicampur lagi... tapi hal yang paling bisa dilakukan itu pilah sampah organi dan anorganik, sih. Biasanya sampah anoganik diangkut pemulung, dan bisa jadi mata pencaharian mereka...

    BalasHapus
  14. Sebenarmya bisa Indonesia kayak Swedia, asal mau. Kapan ya kira2 teknologi membakar sampah yang bermanfaat ini bisa ada di sekitar kita, dan bisa diakses sama semua warganya

    BalasHapus
  15. Kalau melihat di luar negeri, jadi miris dengan kesadaran masyarakat Indonesia yang masih minim banget
    Semoga Indonesia bisa lebih baik ke depannya

    BalasHapus
  16. alhamdulillaah aku udah praktikin pilah sampah di rumah. PR nya ini masih nyari langganan bank sampah sama pengen bikin biopori depan rumah. doakan segera tereksekusi ya :)

    BalasHapus
  17. hal-hal seperti ini yang perlu ditiru oleh negara kita. Dan Swedia keren banget ya, mosok sampai kekurangan sampah. Dibandingkan dengan negara kita, amsayAllah. jauh banget.


    Klo jepang sudah nggak kaget lagi. Dulu boss saya yang orang singapore pernah bercerita klo membuat mental atau kesadaran seperti buang sampah ini tidak instant. Kalau tidak salah perlu waktu 25 tahun hingga benar-benar terrealisasi kesadranan membuangs ampah pada tempatnya. Keren ya.

    BalasHapus
  18. Menarik ya cara pengelolaan sampah di luar negeri itu. Perlu dicontoh nih oleh pemerintah kita.

    BalasHapus
  19. Wah keren ya negara negara Di dunia dalam menyikapi persampahan. Aku jadi pingin tahu lebih jauh. Korea yg cukup keren pastinya. Lucu juga kalau Taman Bermain di Indonesia berasal dr sampah-sampah pasti kita akan tetap betah bermainnya.

    BalasHapus
  20. Menarik banget mengenai pengelolaan sampah di luar negeri. Salut sama swedia, Jerman, Jepang juga Korea. Indonesia perlu berbenah, belajar biar mengelola sampah jadi lebih baik

    BalasHapus
  21. Keren banget sistem pengolahan sampahnya. PR di Indonesia nih masih bnyak banget untuk pengolahan sampahnya. Ya edukasi, ya sistemnya, ya sanksinya.

    BalasHapus
  22. Waah. Ternyata di Luar Negeri begitu disiplin mengenai pengolahan sampah. Ketat sekali, ketika membuang sampah sembarangan. Memang harus ada kesadadran tiap individu nya. Memang harapannya Indonesia bisa seperti itu. Gimana jadinya ya, kalau ada UU mengenai membuang sampah sembarangan.

    BalasHapus
  23. Gimana kalo Indonesia donasi sampah ke Swedia, xixixiii. Saking sampah pun ampe kurang yaaaa

    Duh kapan ya, negaraku ini bisa bareng-bareng disiplin, dari mulai buang sampah yang bener pada tempatnya

    BalasHapus
  24. wah mba ini tuh bermanfaat banget lho, karena aku baru tau Swedia itu sebersih itu ya ampuuuun. Kalo Jepang mah memang kece ya dalam perihal kedisplinan

    BalasHapus
  25. Saya baru tahu kalau negara diluar Sana sudah sangat keren dalam memilah sampah Indonesia sangat tertinggal sekali dalam Hal ini

    BalasHapus
  26. Suka kagum dengan cara negara-negara tetangga mengelola sampahnya. Gak usah jauh-jauh, Singapura aja udah bersih banget meskipun ya kalah jauh dibanding Jepang. Fenomen sisa makanan ini juga perlu diperketat di negara kita. SUka sedih kalau lihat di food court makanan bersisa banyak.

    BalasHapus
  27. Belajar dari negara-negara kece yang disiplinnya mantap soal sampah seperti Jerman dan Jepang. Semoga ini jadi inspirasi kita juga bagaimana pengelolaan sampah yang baik

    BalasHapus
  28. Informasi yg bermanfaat ini Mba Yustrini,, jd termotivasi mengkategori sampah, semoga Indonesia bs seperti negara² itu ya Mba

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.