Waktu Tuhan Bukan Waktu Kita
Halooo, sebelum ngobrol ringan tentang Waktu Tuhan Bukan Waktu Kita, aku mau curcol dikit ya!
Lama juga gak update blog lagi di sini. Sekitar ada satu minggu lebih, hu, hu, hu.
Entahlah akhir-akhir ini aku merasa galau. *halah, kayak anak abege aja!
Tapi beneran kok, aku tuh merasa lelah dengan aktivitas bersosmed atau ngeblog. Pengen piknik ke luar juga setelah sebulan penuh ngikutin kelas blog ala militer yang menghadiahi blog ini dengan nilai skor di atas 30.
Seneng banget awalnya, karena targetku hanya pengen DA sekitar 20-an ketika usia domain catatanyustrini.com menginjak satu tahun. Namun, realitanya jauh di luar ekspektasiku dan sempat bikin aku syok nggak percaya, ha,ha.
Setelah DA naik justru tantangan lain muncul, yakni masalah PV dan follower media sosial yang cuma berkisar di angka segitu aja. Sedangkan syarat buat ngikutin job makin naik yaitu minimal 10k pengikut. Uwoow! Aku apalah baru 4000-an jelas nggak keangkut kalo nekat daftar.
Di satu sisi aku kecewa karena bulan lalu udah ngerjain job tapi giliran konfirmasi pembayaran ternyata akunku dinyatakan nggak lolos persyaratan. Gimana coba?
Namun aku ikhlasin aja, toh, fee-nya ga seberapa. Cuman (ada cumannya, ha, ha) rasa kecewa itu tetap ada.
Tawaran job untuk buzzer/influencer/blogger yang beredar di media sosial juga lama-lama makin kecil fee-nya sementara syarat makin tinggi. Wajar nggak sih, follower 30k ikutan job juga yang fee-nya 20 ribu? Inilah yang bikin aku ga jadi dibayar karena baru follower berapa ribu aja, saingan sama yang udah puluhan ribu.
Mungkin orang-orang banyak yang mulai melirik ladang rejeki lewat media sosial. Dan situasi ini dimanfaatkan oleh brand untuk membuat promo tapi banyaknya persaingan antar influencer jadi bikin mereka banting harga.
Menghadapi situasi yang tidak menentu secara terus-menerus pasti bikin pikiran jadi stress. Nah, biasanya aku kalo stress dengerin lagu rohani. Salah satu lagu yang sedang pas banget sama situasiku adalah "Waktu Tuhan" dari Maria Shandi.
Lagu ini dah lama banget sih. Dulu, lagunya sering kunyanyikan buat nguatin imanku yang lagi down.
Waktu Tuhan by Maria Shandi
Waktu Tuhan bukan waktu kita
Jangan sesali keadaannya
Untuk semua pada waktu Tuhan
Tetap setia mengandalkan-Nya
Segala yang terjadi di hidupku
Janji Tuhan menghidupiku s'lalu
Kuyakin percaya pada waktunya Tuhan
Semua 'kan indah pada waktu-Nya
Lagu inilah yang jadi kekuatan ketika aku sedang sedih karena merasa kalah dalam kehidupan. Kalah saingan sama orang lain yang seumuran atau lebih muda.
Ya, ada saat-saat di mana aku selalu ngebandingin hidupku sama orang lain. Misalnya, temanku udah punya kerjaan/usaha/suami/anak kok aku belum ya?
Sebenarnya nggak mau ngebandingin diriku sama orang lain soalnya bisa bikin rendah diri atau malah tinggi hati. Tapi keadaan membandingkan bisa aja dihadirkan oleh orang lain bahkan oleh orang terdekat kita.
Kadang secara nggak sengaja omongan orang itu bikin aku jadi mikir berhari-hari. Mungkin orang itu bertujuan baik tapi ternyata efeknya malah sebaliknya.
Dulu aku sempat kepikiran sama kotbahnya salah satu hamba Tuhan. Dia ngomong gini, "coba deh, kalo umurmu udah 25 tahun tapi masih ngikut sama orang tua dan belum mapan, kamu ngapain aja selama 25 tahun di bumi? Nggak pernah belajar?!"
Aku tahu maksudnya baik, biar kita sebagai manusia harus belajar sehingga hidupnya maksimal. Namun, semua orang punya waktu masing-masing.
Ada yang umur 20 tahun udah menikah, ada yang umur 30 atau 40 bahkan yang baru ketemu jodohnya. Ada yang umur 17 tahun mulai usaha tapi baru sukses di umur 50-an.
Ada juga yang seumuranku tapi udah sukses bisa bangun rumah, baru nikah, baru hamil, baru punya anak dan ada juga yang udah meninggal. Semua ada waktu-Nya.
Semua Kan Indah Pada Waktu-Nya
Dulu aku sempat terkesima pada mujizat Tuhan yang terjadi pada salah satu temanku. Dia udah melalang buana ke mana-mana, tapi nggak juga nemu jodohnya. Begitu dia di rumah, eh, nggak lama kemudian dia dilamar dan langsung nikah.
Sebelumnya mereka belum pernah ketemu, baru dikenalkan sama saudara langsung merasa cocok dan 3 bulan kemudian nikah. Situasinya hampir mirip sama aku sih, bedanya aku nggak mau langsung dilamar butuh waktu 2 tahun memantapkan hati untuk akhirnya menikah.
Dulu aku pernah punya cita-cita untuk nikah di umur 25-27 tahun dan jarak usia maksimal 5 tahun aja.
Idealisme ini muncul karena melihat mama dan papaku jaraknya cukup jauh yaitu 15 tahun dan mama nikah muda banget. Kondisi ini yang bikin situasi rumah tangga mereka kurang harmonis dan berantem melulu. Sempat juga kepikiran nggak usah nikah aja karena banyak orang nikah nggak bahagia malah kebanyakan masalah.
Kalimat emak-emak yang sering kudengar ketika aku masih remaja adalah "yang penting buatku sekarang ngebesarin anak. Suami terserah, mau-maunya dia, mau sama yang lain terserah. Aku dah nggak mau mikir lagi."
Dalam otakku yang masih remaja kala itu, otomatis berpikir ngapain orang nikah kalo tujuannya anak? Ngapain nikah kalo udah punya anak terus cerai? Mana cerita indah tentang pernikahan?
Bersyukur sih, setelah makin dewasa aku ketemu sama pasangan yang harmonis sampai tua. Jadi pikiran itu terpatahkan. Makanya buat yang belum nikah, penting banget untuk mendapat mindset yang benar tentang pernikahan.
Ibarat nasi udah jadi bubur, situasi yang kualami di masa kecil udah nggak bisa diperbaiki. Sekarang tinggal gimana caranya agar luka itu bisa sembuh. Ini ada satu lagu lagi dengan judul sama "Waktu Tuhan" versi NDC Worship yang menguatkan juga.
Waktu Tuhan Pasti yang Terbaik
Lirik Lagu "Waktu Tuhan"
Bila Kau ijinkan sesuatu terjadi
Kupercaya semua untuk kebaikanku
Kupercaya semua untuk kebaikanku
Bila nanti telah tiba waktu-Mu
Kupercaya Kuasa-Mu
Memulihkan hidupku
Waktu Tuhan pasti yang terbaik
Walau kadang tak mudah dimengerti
Lewati cobaan kutetap percaya
Waktu Tuhan pasti yang terbaik
Amin. Waktu Tuhan pasti yang terbaik. Nggak peduli apa yang telah terjadi di masa lalumu, kini saatnya mengukir masa depan yang penug dengan pengharapan bersama Tuhan.
Memang nggak mudah dimengerti apa yang sebenarnya Tuhan rancangkan dalam hidup kita. Ada kalanya situasi hidup melenceng dari apa yang diharapkan. Cita-cita nggak mudah terwujud kadang ada juga kejutan-kejutan indah yang disiapkan Tuhan yang bikin terharu.
Nggak peduli siapa kamu di masa lalu, saatnya kini melangkah maju bersama Tuhan. Pegang tangan-Nya yang kuat, percaya pada janji-Nya. Dan segala sesuatu akan indah pada waktu-Nya. Amin.
Kesimpulan
"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.
Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;"
Pengkhotbah 3:1-2, 4 (TB)
Setiap orang punya waktu yang berbeda-beda, ada yang masih muda sudah sukses. Ada juga yang sukses dimulai di masa tuanya saat orang lain masuk masa pensiun, ia malah sedang berjaya.
Semua ada waktunya. Nggak masalah kamu nikah muda atau nikah saat umur sudah matang. Tuhan akan buat semuanya indah asal jangan lupa untuk selalu bersyukur dan mengandalkan Tuhan dalam segala sesuatu yang dikerjakan.
Nggak masalah jika sekarang ngeblognya biasa aja, nggak pernah menangin lomba blog tapi kalau rajin pasti ada hasilnya. Tetap semangat karena waktu Tuhan bukan waktu kita :))
1 Komentar
Trimakasih.. tulisan ini memberkatiku.. jd semangat..
BalasHapusTerima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.