Cerpen, Kaos Traffic Light
Haiiii....kali ini aku mau membagikan cerpen mini aku di sini. Judulnya "Kaos Traffic Light". Dari judulnya isinya pasti ketahuan bakal nyleneh ya. Aku bikinnya dah lamaaa banget tapi baru aku tulis di sini sekarang. Semoga kalian suka ya!
"KAOS TRAFFIC LIGHT"
Oleh Yustrini
Aldi & Kaos Kesayangan
Siapa saingan nomor satunya Vera dalam merebut perhatian Aldi? Bukan si cantik Pricil atau Devi yang super pintar di kelas. Bukan juga Felly yang digemari cowok-cowok di SMA Satu Bangsa. Bukan mereka, tapi kaos bututnya Aldi. Ya, Kaos butut Aldi yang warnanya merah, kuning, hijau lebih pasnya sih, disebut kaos traffic light. Ini tentu aja sebutannya Vera sendiri.
Asal tahu aja, Aldi itu nggak pernah lepas dari salah satu dari kaos traffic light! Selalu gonta-ganti dari senin sampai minggu, merah-kuning-hijau, non-stop. Kak Vano, kakaknya Vera aja sampai hapal kaos yang dipakai Aldi kalo ke rumah.
"Tuh, si traffik light dah dateng," ledek Kak Vano.
"Al, jangan pakai kaos itu-itu lagi, kenapa?!" tanya Vera kesal saat melihat Aldi nongol di teras rumah dengan kaos warna hijau.
"Lho, aku suka nih kaos hijau ini adem, nyaman banget dipake," sahut Aldi pede.
Sebetulnya bagi Vera nggak masalah kalo Aldi mau pake kaos jelek, bagus, sobek-sobek atau kaos rombeng sekalipun. Baginya, Aldi tetap pangeran super tampan yang terkeren sedunia. Cuman, ada cumannya nih. Aldi nggak pernah mau pake kaos baru pemberian Vera.
"Kenapa Al? Kamu nggak suka ya sama kaos yang aku beliin?" tanya Vera. Hatinya kian sedih saat melihat Pak Mamat tukang kebunnya keluarga Aldi memakai kaos merah yang baru saja diberikan ke Aldi dua hari yang lalu.
"Aldi...., Kaos itu buat eloooo, ngapain dikasih ke Pak Mamat?"
"Tenang Ver, tenang dulu! Baju gue kan banyak, kaos gue juga banyak yang dari lo belum gue pake. Jadi daripada mubazir gue kasih ke Pak Mamat. Kasihan kan beliau bajunya sudah banyak yang rusak," Sahut Aldi.
Vera geleng-geleng, sebenarnya apa sih istimewanya kaos traffic light itu? Sampai Aldi nggak mau lepas darinya? Tanya Vera dalam hati.
Gue harus cepat bertindak nih, kata Vera dalam hati.
Nggak ada seorang pun yang tahu rencana apa yang akan dilakukan Vera. Yang jelas peperangan antara Vera dengan kaos kesayangan Aldi sudah dimulai sejak sore itu.
***
Hari Senin siang, Vera meluncur dengan motor matic-nya ke rumah Aldi hendak mengembalikan buku yang dipinjamnya setengah bulan lalu.
Suasana di rumah Aldi sepi, cuma ada Bik Ijah, asisten rumah tangga di sana. Katanya Aldi baru pergi basket sementara dua adiknya, Rina dan Viko baru di sekolah.
"Hmm, kesempatan bagus untuk beraksi nih!" bisik Vera pelan.
"Bik, saya tunggu Aldi aja ya di teras belakang," kata Vera.
"Oh, iya Non! Silakan. Bentar ya bibi bikinin minum," ujar Bik Ijah sambil berjalan ke dapur.
Sementara Vera berjalan ke teras belakang melalui halaman samping. Tepat di jemuran samping mata Vera menangkap sesuatu yang sudah menjadi musuh bebuyutannya, kaos traffic light-nya Aldi! Ada dua kaos yang sedang dijemur, satu lagi pasti baru dipakai Aldi.
Vera mengambil dua kaos tersebut ke dalam tasnya lalu kembali ke depan.
"Biiiik, saya pulang dulu yaaaa!!!" Teriaknya sambil menyalakan motor tanpa menunggu jawaban dari Bik Ijah.
***
Sorenya, Aldi datang ke rumah Vera dengan muka kusut.
"Kenapa Di? Kok muka lo kusut abis?" Tanya Vera setengah terkejut melihat Aldi sudah nongal di depannya. Saat itu, Vera yang sedang asyik belajar jadi menghentikan aktivitasnya.
"Kaos gue hilang, Ver!" Sahut Aldi lemas.
"Hah! Kaos yang mana?" Vera pura-pura terkejut.
"Kaos yang hijau sama kuning kesayangan gue, Ver! Yang biasa gue pakai!"
"Nyelip kaliii...," celetuk Kak Vano yang kebetulan lewat nyeletuk. Ia menuntun motor ke teras belakang hendak mencuci.
"Nggak mungkin Kak, soalnya Aldi setia banget sama kaos itu. Udah deh, Al. Ikhlasin aja, ntar gue beliin satu lusin yang lebih adem dari kaos lo yang ilang itu, gimana?
"Bukan gitu, Ver. Masalahnya ada sejarah di balik ketiga kaos kesayangan gue. Bisa dibilang itu kaos wasiat."
"Ketiganya hadiah masuk SMU favorit dari Om Fatur yang bekerja di Australia. Kelak kalo akh berhasil lulus dengan nilai bagus, Om Fatur bakal ngajak aku ke sana."
"Masing-masing punya gambar yang berbeda, kaos merah ini bertuliskan Australia dengan gambar Opera House, Kanguru dan Koala," Aldi bercerita panjang lebar.
Sementara Vera mengingat-ingat apa gambar yang ada di kaos traffic light yang diambil tadi siang. Kenapa gambarnya nggak jelas sih?
"Ketiga kaos itu jadi motivasiku untuk belajar dan ikut kegiatan sekolah," ujar Aldi lagi.
"Kenapa lo nggak cerita sekarang, Al? Tanya Vera menyesal. Mendadak ia melangkah ke dapur menuju dapur menengok ke tempat sampah dekat cucian piring.
"Semoga masih..." Vera tidak melanjutkan kata-katanya ketika mendengar Aldi berteriak dengan kencangnya.
"Vera ini pasti kerjaaan loo yaaa," suara Aldi terdengar begitu menakutkan buat Vera. Ia buru-buru mendekat ke sumber suara.
Terlihat Aldi sedang berdiri di dekat Kak Vano yang sedang mencuci motor. Ia memegang lap warna kuning.
Ralat, bukan lap tapiii kaos kesayangan milik Aldi!
"Kenapa kaos gue bisa ada di sini, Ver? Lo pasti tahu di mana kaos gue yang satu lagi," kata Aldi lebih pelan dari yang tadi. Namun Vera tahu kalo dia sedang marah banget.
"Hmm, gue nggak tahu Al. Eh, iya deh. Maafin. Gue ngaku yang ambil kaos lo pas nggak ada orang tapi bukan itu maksud gue," Vera berusaha membela diri.
Vera tidak dapat melanjutkan kata-kata lagi karena saat itu maminya Vera keluar dari rumah sambil menjemur kaos berwarna hijau. Kelihatannya mami habis ngepel pakai kaos itu.
"Halo Al, tumben kamu sore-sore ke sini. Tante habis bersih-bersih nih! Nggak tahu pokoknya kaos yang tante temukan di dekat tong sampah, bahannya cepat meresap dan enak buat ngepel. Jadi kinclong lantainya," ujar maminya Vera.
Aldi nggak dapat bicara apa-apa lagi, selain melotot ke arah Vera. Mukanya sudah memerah menahan amarah.
Kak Vano menahan tawa sementara Vera cuma bengong ketika maminya masuk kembali ke dalam.
"Gue nggak mau tahu Ver, pokoknya kembaliin kaos gue seperti semula," Aldi langsung melangkah pergi meninggalkan Vera yang masih berdiri kebingunga di teras rumahnya.
****
0 Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke Catatan Yustrini. Silakan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentar yang masuk akan melewati tahap moderasi terlebih dahulu, spam, iklan dan yang mengandung link hidup akan saya hapus.